Beraneka ragamnya sesembahan orang musyrik, itu realitanya. Ini dibuktikan dalam perkataan Syaikh Muhammad At Tamimi berikutnya dalam risalah beliau Al Qowa’idul Arba’. Jadi jangan kira bahwa sesembahan orang musyrik hanyalah patung berhala saja. Orang-orang sholeh pun jadi sesembahan mereka, mereka pun disebut musyrik.
القَاعِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنَّ النَّبِيَّ ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِيْنَ في عِبَادَاتِهِمْ مِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الْمَلائِكَةَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِيْنَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الأَحْجَارَ وَالأَشْجَارَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ، وَقَاتَلَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَهُمْ،
[KAEDAH KETIGA]
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa manusia berbeda-beda di dalam ibadah mereka. Sebagian mereka beribadah kepada para nabi dan orang sholih. Sebagian lagi beribadah kepada pohon dan batu. Sebagian lainnya beribadah kepada matahari dan bulan. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi mereka semuanya dan tidak membeda-bedakan satu dan lainnya.
[KAEDAH KETIGA]
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada orang-orang musyrik, di antara mereka ada yang menyembah malaikat. Yang lainnya lagi menyembah matahari dan bulan. Di antara mereka lagi ada yang menyembah patung, batu, dan pohon. Dan ada pula yang menyembah para wali dan orang-orang sholih.
Inilah di antara keburukan syirik. Pelaku kesyirikan tidaklah bersatu dalam hal sesembahan. Berbeda dengan orang yang betul-betul mengesakan Allah (baca : ahlu tauhid). Sesembahan ahlu tauhid hanyalah satu yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا
“Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu membuat-buatnya”. (QS. Yusuf [12] : 39-40).
Di antara kejelekan dan kebatilan syirik adalah : pelaku syirik berbeda-beda dalam perihal ibadah. Mereka tidak bersatu dalam kaedah ibadah yang sama karena mereka tidak berjalan dalam landasan ibadah yang satu (yaitu tauhid). Sebenarnya mereka berjalan mengikuti hawa nafsu mereka dan asal mengikuti seruan yang menyesatkan. Mereka ini akan semakin terpecah sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar [39] : 29 ).
Orang yang hanya menyembah Allah semata diumpamakan dengan seorang budak yang diperbudak oleh satu tuan. Tuannya ini selalu merasa puas dengannya. Tuannya ini memiliki tuntutan tersendiri dari budak tersebut sehingga selalu merasa puas dengannya. Sedangkan orang musyrik diumpamakan dengan budak yang memiliki beberapa tuan. Budak ini tidak mengetahui siapa yang ridho terhadap dirinya dari tuan-tuannya itu. Masing-masing dari tuannya memiliki keinginan tersendiri. Setiap mereka memiliki tuntutan dan keinginan masing-masing. Setiap dari tuan tadi menghendaki sesuatu sesuai keinginannya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan.” (QS. Az Zumar [39] : 29 ). Budak ini dimiliki oleh beberapa tuan. Tidak diketahui siapa di antara mereka yang ridho pada budak ini. (Berbeda halnya dengan budak yang satu ini),
وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ
“Dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja)”. (QS. Az Zumar [39] : 29 ). Budak ini dimiliki oleh satu tuan saja sehingga tuannya ini meresa puas dengannya. Inilah permisalan yang Allah buat antara orang musyrik dan orang yang bertauhid.
(Lihatlah) orang-orang musyrik pasti bepecah belah dalam peribadatan mereka. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi mereka dan tidak membeda-bedakan satu dan lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi para penyembah patung. Begitu pula beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi orang Yahudi, Nashrani dan Majusi. Beliau shallallahu juga memerangi seluruh kaum musyrikin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi pula para penyembah malaikat, wali dan orang sholih. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membedakan-bedakan di antara mereka.
Perkataan penulis di sini adalah bantahan kepada orang-orang yang mengatakan bahwa orang yang menyembah patung tidaklah sama dengan orang yang menyembah orang sholih atau salah satu malaikat. Kelompok pertama ini menyembah bebatuan dan pepohonan. Yang mereka sembah adalah benda mati. Sedangkan kelompok kedua adalah yang menyembah orang sholih dan salah satu wali Allah. Kelompok kedua ini berbeda dengan orang-orang yang menyembah patung.
Sebenarnya maksud orang-orang yang mengutarakan ucapan ini adalah : hukum orang yang menyembah kubur saat ini tidaklah sama dengan dengan para penyembah patung. Maka orang yang menyembah kubur belum tentu kafir. Amalan para penyembah kubur ini belum tentu syirik. Sehingga mereka tidaklah pantas untuk diperangi.
Sebagai sanggahan kepada ucapan semacam ini, kami katakan : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membedakan di antara mereka. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap bahwa mereka semua adalah orang musyrik sehingga halallah darah dan harta mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membedakan satu dan lainnya. Kaum Nashrani yang menyembah Al Masih (Isa bin Maryam) –padahal Isa hanyalah utusan Allah- tetap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perangi. Begitu pula kaum Yahudi yang menyembah ‘Uzair –padahal ‘Uzair adalah Nabi atau orang sholih di antara mereka- tetap pula beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perangi. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membedakan orang-orang ini (walaupun sesembahan mereka berbeda-beda).
Namanya syirik tidaklah dibedakan antara yang menyembah orang sholih, yang menyembah patung, batu dan pohon. Karena yang namanya syirik adalah peribadahan kepada selain Allah apapun yang disembah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa’ [4] : 36 ). Kata (شَيْئًا artinya sesuatu) adalah kata nakiroh yang berada dalam konteks larangan sehingga mengandung makna umum[1]. Sehingga yang dimaksud ‘sesuatu’ di sini mencakup seluruh jenis sesembahan yang diserikatkan dengan Allah baik itu malaikat, rasul, orang- orang sholih, para wali, bebatuan dan pepohonan.
Selengkapnya di website kami Rumaysho.Com >> http://rumaysho.com/aqidah/
0 komentar:
Posting Komentar